Benchmarking sebagai Sistem Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja merupakan kunci untuk memandu dan
menguji hasil dari proses perbaikan, tetapi tidak mengindikasikan bagaimana
suatu proses harus di perbaiki. Salah satu pendekatan yang dapat membantu
melengkapi hal tersebut adalah benchmarking. Dattakumar (2003) menyimpulkan bahwa
pendekatan benchmarking dapat digunakan untuk perbaikan terus
menerus.
Hasil review Grunberg (2003) terhadap metoda-metoda
yang digunakan untuk perbaikan kinerja aktivitas operasional pada perusahaan
manufaktur menunjukkan bahwa pendekatan benchmarking juga memungkinkan untuk digunakan.
Gleich et al. (2008) menyebutkan
bahwa benchmarking dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja pada berbagai area.
Berbagai definisi benchmarking antara lain:
- Merupakan suatu proses untuk mengukur kinerja terhadap perusahaan yang terbaik dalam kelasnya, kemudian menggunakan analisis untuk memenuhi dan melebihi perusahaan tersebut (Pryor dan Katz 1993 dalam Yasin 2002),
- Pencarian praktek terbaik yang mengarah kepada kinerja yang sangat baik apabila praktek-praktek tersebut diterapkan (Partovi 1994),
- Proses identifikasi dan pembelajaran dari praktek terbaik dimanapun di dunia (Allan 1997 dalam Elmuti dan Yunus 1997), dan
- Perbandingan sistematis terhadap proses dan kinerja untuk menciptakan standar baru dan atau meningkatkan proses (Steven et al.2003).
Benchmarking dapat dipergunakan dalam berbagai industri, baik jasa dan manufaktur. Perusahaan-perusahaan melakukan benchmarking karena berbagai alasan. Alasan bisa umum, seperti peningkatan produktivitas atau bisa spesifik, seperti peningkatan desain tertentu. (Muschter 1997 dalam Elmuti dan Yunus 1997). Alasan-alasan yang digunakan pada dasarnya merupakan upaya organisasi dalam rangka perbaikan kinerja. Berdasarkan hal tersebut, maka metode benchmarking dapat digunakan untuk melakukan analisis perbaikan kinerja.
Aplikasi benchmarking dalam perbaikan kinerja telah banyak
dilakukan. Di mulai pada akhir 1970 oleh Xerox Corporation yang
memutuskan untuk membandingkan operasional perusahaannya dengan L.L. Bean yang
memiliki produk yang berbeda namun memiliki karakteristik fisik yang sama
(Tucker et al. 1987 dalam Elmuti
dan Yunus 1997). Oleh karena itu, pengelompokan organisasi yang memiliki karakteristik
yang serupa perlu dilakukan sebelum proses benchmarking.
Hasil yang dicapai melalui
penerapan praktek terbaik dari L.L. Bean adalah peningkatan
efisiensi dan produktivitas (Tucker et al. 1987 dalam Yasin 2002). Selain itu,
menurut Dragolea dan Cotirlea (2009) manfaat benchmarking antara lain:
- Perbaikan terus menerus untuk mencapai kinerja yang lebih baik menjadi budaya organisasi,
- Meningkatkan pengetahuan terhadap kinerja produk dan jasa, dan
- Membantu dalam memfokuskan sumberdaya untuk mencapai target.
Perkembangan konsep benchmarking dapat diklasifikasikan ke dalam lima generasi (Watson 1996; Ma’arif dan Hendri 2003; Denkena et al. 2006; Martin 2008; Anand dan Kodali 2008; Dragolea dan Cotirlea 2009; Moriarty dan Smallman 2009) yaitu:
- Reverse engineering (berorientasi pada produk yang meliputi perbandingan karakteristik, kegunaan dan kinerja produk);
- Competitive benchmarking (berorientasi pada efisiensi dalam menghasilkan produk);
- Process benchmarking (berorientasi pada proses-proses bisnis tertentu yang menjadi sasaran analisis);
- Strategic benchmarking (berorientasi pada perubahan yang mendasar dengan mengadaptasi strategi-strategi sukses); dan
- Global benchmarking (berorientasi pada perbedaan-perbedaan budaya serta proses perencanaan strategis).
Williams (2008) mengkategorikan benchmarking ke dalam dua tipe yaitu internal benchmarking, dan eksternal benchmarking.
Pierre dan Delisle (2006)
mengusulkan sistem diagnosa berbasis pengetahuan pakar untuk melakukanbenchmarking kinerja. Organisasi atau perusahaan
yang berbeda memiliki metoda benchmarking sendiri, namun apapun metode yang
digunakan, langkah-langkah utamanya adalah sebagai berikut :
- Pengukuran kinerja dari varibel-variabel kinerja terbaik pada kelompoknya relatif terhadap kinerja kritikal;
- Penentuan bagaimana tingkat-tingkat kinerja dicapai; dan
- Penggunaan informasi untuk pengembangan dan implementasi dari rencana peningkatan (Omachonu dan Ross 1994 dalam Elmuti dan Yunus 1997).
0 komentar:
Posting Komentar